Rabu, 08 Desember 2010

Demokrasi dari Rai Hawu

Rai Hawu...

Pulau Kecil seperti simpul pita yang menghubungkan pulau-pulau besar dan kecil di Bumi Nusa Tenggara Timur. Persis di tengah-tengah lautan Sawu, seperti kesepian jauh di ujung Selatan di mulut Samudera Hindia.
Daerah otonomi dengan luas 460,54 km persegi, berpenduduk kurang lebih 72.190 jiwa ini; baru saja dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2008 tanggal 26 November 2008.
65 tahun Indonesia Merdeka, tapi kemerdekaan orang-orang Sabu sudah jauh melampaui masa itu. Berabad-abad lamanya, komunitas mengalir keluar dan berkembang di mana-mana di belahan dunia.
Seberapa banyakpun itu, tidak akan mengubah sejarah bahwa memang baru kemarin sore, daerah ini mulai membangun dengan jatidirinya sendiri.
Enam bulan pasca terlepas dari Kabupaten Kupang,  daerah ini mulai berbenah. Pemerintahan sementara yang dipegang Bupati PLT memimpin pergerakan. Bagaimana dengan progresnya?  Dua tahun kemudian merupakan salah satu jawaban ketika PILKADA berlangsung. Di Indonesia, satu-satunya daerah kecil dengan populasi penduduk tujuh puluh dua ribuan berpesta dengan memilih TUJUH PAKET. Jumlah yang terbilang “Over” oleh sebagian pengamat politik. Tapi angka itu jugalah yang  menjelaskan betapa bersemangatnya orang-orang Hawu Raijua berpolitik. Cara mereka berdemokrasi boleh dibilang sederhana, karena bermusuhan hari ini karena beda pendapat, toh tidak akan bertahan lama. Mereka terbelah sementara, karena sikap memutuskan untuk memilih salah satu saudaranya dan tidak memilih yang lain. Toh memang harus begitu, karena satu suara berharga satu nyawa. Tidak boleh ganda. Apa boleh buat, proses PILKADA harus berjalan.  Apapun itu, mereka adlah orang-orang mudah untuk kembali merajut kebersamaan cukup dengan satu kali ciuman. Ciuman persaudaraan yang terkenal ampuh untuk meluluhkan gundah gulana, keras kepala seperti gunung. Tapi itu semua masih dalam proses panjang.
Momentum PILKADA Pertama di Kabupaten Sabu Raijua yang telah dimulai prosesnya sejak Mei awal tahun 2010 ini, puncaknya pada 12 November  2010 menunjukkan sisi lain kehidupan demokrasi yang masih berwajah muram. Ruang Apreasiasi Politik dalam Arena PILKADA lagi-lagi jadi ajang lomba jadi orang kaya baru, aromanya busuk  karena penu dengan kecurangan.
Blog ini terbuka untuk kita semua… pikiran plus minus silahkan dimasukkan untuk diskusi panjang membangun dan mengembangkan imajinasi dan gagasan tentang tanah air kita.. Hawu Raijua (Ama Hawu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar